Mar Contoh Limbah Keras Anorganik dan Limbah Lunak Anorganik
Pencemaran lingkungan akibat sampah atau limbah adalah salah satu masalah yang wajib diatasi. Pasalnya, ada berbagai contoh limbah keras anorganik maupun organik yang dapat mengganggu kesehatan, kebersihan, keindahan, hingga kenyamanan lingkungan hidup.
Berbeda dengan sampah organik yang mudah terurai secara alami, limbah anorganik sulit terurai, bahkan butuh waktu lama agar bisa terdegradasi sempurna. Terutama limbah keras anorganik yang umumnya memiliki sifat lebih sulit terurai oleh mikroorganisme.
Dapat Menciptakan Lapangan Kerja
Bagaimana limbah dapat menciptakan lapangan kerja? Pengelolaan limbah tentu saja memerlukan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, proses daur ulang dari limbah ini akan menciptakan lingkungan kerja serta mengurangi pengangguran yang terjadi.
Cara Kelola Sampah Anorganik Lunak dan Keras Melalui 5R
Konsep 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Repair, Refuse) adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah anorganik dengan lebih efektif, baik limbah keras anorganik maupun limbah lunak anorganik. Berikut penjelasan rincinya:
Kenapa Limbah Jenis Anorganik Harus Didaur Ulang?
Berikut sejumlah alasan mengapa limbah anorganik harus di daur ulang, antara lain:
Mar Mengenal Limbah Anorganik dan Juga Contohnya
Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak berasal dari makhluk hidup. Limbah jenis ini memerlukan waktu penguraian yang begitu lama, bahkan penguraiannya dapat mencapai ratusan tahun lamanya. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang tidak mudah diurai secara alami.
Oleh sebab itu, pengelolaan hingga pengolahan limbah jenis ini harus dilakukan dengan tepat, agar dapat menekan angka pencemaran limbah terhadap lingkungan. Perlu diketahui, jenis ini adalah limbah yang banyak mencemari lingkungan Indonesia. Bahkan, terdapat 4 hingga 5 juta ton limbah yang mencemari saluran air serta laut.
Pengertian Limbah Keras Anorganik
Limbah anorganik merupakan jenis limbah yang sulit terurai secara alami oleh mikoorganisme pengurai. Limbah anorganik sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu limbah lunak anorganik dan limbah keras anorganik. Baca Juga: Zero Waste: Pengertian dan Manfaatnya
Limbah lunak anorganik: Limbah ini memiliki sifat yang lentur dan lunak. Limbah lunak anorganik umumnya mencakup limbah cair, seperti deterjen, sabun cuci, dan minyak jelantah. Limbah Keras Anorganik: Limbah ini memiliki sifat yang tidak mudah hancur. Umumnya limbah keras anorganik membutuhkan metode khusus seperti penghancuran, pemanasan, atau pembakaran.
Beberapa contoh limbah ini adalah sebagai berikut:
Pecahan keramik Gelas kaca bekas Helm bekas Ban karet Pecahan kaca Paku berkarat Bekas kaleng Bolpoin Botol bekas Bekas parfum kaca Vas bunga dari kaca Per bekas kasur Kawat bekas Alat elektronik yang sudah rusak Barang bekas dari kaca dan besi
Recycle (Mendaur Ulang)
Recycle adalah upaya mendaur ulang contoh limbah keras anorganik maupun limbah lunak anorganik agar bisa digunakan kembali sebagai bahan pembuatan produk baru. Misalnya dengan mengumpulkan botol plastik, kaleng aluminium, kertas, dan sebagainya untuk didaur ulang.
Melindungi Ekosistem Serta Satwa Liar
Proses daur ulang dapat mengurangi kebutuhan bahan mentah yang baru. Dengan proses daur ulang ini, bahaya serta kerusakan yang terjadi di ekosistem satwa liar dapat semakin dikurangi.
Contoh Limbah Anorganik
Berikut sejumlah contoh dari limbah anorganik ini, antara lain:
Contoh yang pertama adalah limbah plastik. Seperti nama yang dimilikinya, limbah ini berasal dari plastik dan sudah tidak digunakan lagi. Perlu diketahui, limbah jenis ini begitu berbahaya bila dibuang secara sembarangan.
Hal ini disebabkan karena limbah ini tidak dapat membusuk karena tidak bisa didaur ulang dengan alam. Akibatnya, limbah akan merusak ekosistem. Sebuah data yang berasal dari Badan Pusat Statistik mengungkap, limbah plastik yang berada di Indonesia mencapai 64 ton setiap tahunnya dan 3,2 juta ton dibuang ke laut.
Limbah anorganik yang ada di laut ini akhirnya terpapar angin, sinar matahari dan gelombang, hingga akhirnya memecahnya menjadi partikel kecil. Setelah memecah menjadi partikel kecil, ikan serta satwa laut ikut mengonsumsinya.
Ikan yang mengonsumsi limbah ini kemudian dikonsumsi manusia dan dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan. Limbah plastik tentu saja berbahaya untuk lingkungan, karena dapat menyebabkan sejumlah masalah seperti:
Contoh limbah anorganik lainnya adalah kaca. Limbah kaca dapat dikatakan sebagai sampah yang berbahaya bila dibuang secara sembarangan, karena dapat terinjak dan akhirnya melukai hewan dan manusia di sekitar.
Bukan hanya itu, limbah kaca ini juga sukar tarurai di dalam tanah. Kaca dibuat dari pasir silika serta dicampur dengan batu kapur dan abu soda. Dengan pemanasan, tiga bahan tersebut tercampur dan dijadikan kaca. Bahan kaca bahkan membutuhkan waktu hingga 1 juta tahun agar dapat terurai tanpa bersisa.
Karena alasan inilah, limbah kaca umumnya didaur ulang atau digunakan kembali. Limbah kaca yang sudah pecah akan didaur ulang menjadi barang yang sama seperti semula. Nantinya akan menjadi barang lain seperti vas bunga, botol, cendera mata dan berbagai hiasan lain.
Contoh limbah anorganik lainnya adalah limbah logam. Contoh limbah ini seperti kaleng, besi, timah, alumunium dan lainnya. Limbah ini dapat dengan mudah Anda temukan di lingkungan sekitar.
Pada dasarnya, contoh limbah ini bisa dipisahkan dari timbunan sampah serta dapat didaur ulang menjadi berbagai macam barang dengan nilai seni. Umumnya, limbah ini akan dilebur ke material asalnya serta digunakan sebagai campuran semen atau yang lainnya.
Umumnya, limbah ini akan dipipihkan agar dapat menghemat ruang dalam tempat sampah. Kemudian untuk kaleng yang memiliki kandungan lem, serta larutan kimia yang berbahaya juga harus dibuang di tempat sampah yang terpisah.
Kemudian sampah yang berasal dari bahan kaleng bisa didaur ulang menjadi sejumlah barang kerajinan yang memiliki manfaat tinggi seperti gantungan kunci, celengan dan yang lainnya.
Contoh lain yang tidak boleh terlewat adalah limbah baterai. Baterai serta lampu adalah limbah elektronik yang memiliki substansi yang berbahaya. Ketika baterai yang sudah habis, kemudian dibuang di tempat pembuangan akhir, baterai dapat membusuk kemudian bocor.
Bila limbah anorganik ini mengalami korosi, nantinya bahan kimia dapat meresap di dalam tanah dan akhirnya mencemari air tanah serta permukaan. Banyaknya ukuran dan variasi baterai akan membuat proses daur ulang menjadi sulit.
Oleh sebab itu, limbah baterai harus dipilih dan dipilah sesuai dengan kesamaan jenis yang dimilikinya, karena setiap jenis baterai mempunyai teknik daur ulang berbeda-beda.
Baterai yang memiliki kandungan asam timbal yang berasal dari kendaraan sering didaur ulang dan diambil logam dari dalamnya.
Reduce (Mengurangi)
Reduce adalah upaya mengurangi penggunaan material anorganik yang tidak perlu atau tidak penting. Bisa dengan memilih produk ramah lingkungan, membeli barang secukupnya, mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai, dan lain-lain.